Jejak Rasa yang Menggugah Selera
Melihat sejarah pempek Palembang, serta cara pembuatannya ibarat menyusuri lorong waktu yang dipenuhi aroma ikan, sagu, dan rempah. Kuliner ikonik Sumatera Selatan ini bukan sekadar makanan, melainkan cerita tentang peradaban, akulturasi budaya, dan kecerdasan lokal yang bertahan ratusan tahun. Tradisi Kuliner akan mengajak anda untuk menelusuri asal-usulnya, lalu menyelami rahasia pembuatan pempek yang autentik!
Asal-Usul Pempek: Dari Meja Sultan hingga Jajanan Rakyat
Legenda yang Melekat pada Masa Kesultanan Palembang
Konon, pempek lahir di era Kesultanan Palembang Darussalam sekitar abad ke-16. Saat itu, para pedagang Tionghoa membawa teknik pengolahan ikan yang diaduk dengan tepung—mirip fish cake khas Tiongkok. Namun, masyarakat Palembang memodifikasinya dengan bahan lokal: ikan sungai Musi dan sagu.
Sejarah lisan menyebut seorang lelaki tua bernama Apek yang menjajakan adonan ikan goreng di sekitar Kuto Besak. Karena sering dipanggil “Pek… Apek!” oleh pembeli, lama-lama makanan itu dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

Pempek dan Identitas Multikultural Palembang
Keberadaan pempek mencerminkan harmoni budaya Melayu, Tionghoa, dan Arab. Penggunaan ikan belida (kini diganti tenggiri karena langka) dan kuah cuko (cuka aren pedas) menunjukkan adaptasi dengan sumber daya setempat. Bahkan, bentuk kapal selam—pempek berisi telur—dipercaya terinspirasi dari kapal perang Belanda yang kerap melintasi Sungai Musi.
Pempek dalam Pusaran Sejarah: Makanan yang Bertahan Melalui Zaman
Dari Masa Kolonial hingga Modernisasi
Di masa kolonial Belanda, pempek menjadi makanan rakyat yang terjangkau. Bahan dasarnya mudah didapat: ikan sungai melimpah, sagu dari pedalaman Sumatera. Namun, di era 1970-an, kelangkaan ikan belida memicu kreativitas. Nelayan beralih ke ikan tenggiri dan gabus, yang justru membuat pempek makin populer karena teksturnya lebih kenyal.
Pempek di Era Global: Antara Tradisi dan Inovasi
Kini, pempek tak hanya dijual di gerobak kayu. Restoran mewah di Jakarta sampai New York menyajikannya dengan sentuhan modern: pempek panggang rendah kalori, pempek keju, atau pempek sambal matah. Meski demikian, pempek tradisional tetap jadi primadona. Bahkan, Presiden Joko Widodo pernah menjadikannya menu jamuan kenegaraan!
Rahasia di Balik Adonan: Cara Membuat Pempek yang Autentik
Bahan-Bahan yang Menentukan Cita Rasa
- Ikan Segar: Pilih ikan tenggiri atau gabus yang dagingnya masih kenyal. Daging ikan harus dihaluskan sempurna, tanpa sisik atau duri.
- Sagu Tani: Gunakan sagu asli dari pohon Metroxylon sagu, bukan tepung tapioka. Sagu memberi tekstur chewy khas pempek Palembang.
- Air Es: Penting untuk menjaga suhu adonan tetap dingin agar tidak lembek.
Langkah-Langkah Membuat Pempek Kapal Selam
- Haluskan Ikan: Campur 500 gram daging ikan dengan 3 siung bawang putih, 1 sendok teh garam, dan ½ sendok teh gula. Giling hingga halus.
- Campur Sagu dan Air Es: Tambahkan 200 gram sagu tani dan 100 ml air es sedikit demi sedikit. Uleni sampai adonan kalis.
- Bentuk Kapal Selam: Ambil segenggam adonan, pipihkan, lalu isi dengan telur ayam rebus. Tutup rapat, bentuk seperti kapal.
- Rebus dalam Air Mendidih: Masukkan pempek ke air mendidih. Angkat saat mengapung—tanda pempek matang.
- Goreng atau Penyajian Basah: Pempek bisa langsung anda sajikan dengan cuko atau digoreng kering.
Cuko: Jiwa dari Sepiring Pempek
Komposisi Kuah yang Membangkitkan Selera
Cuko adalah kuah cuka kental berwarna cokelat, terbuat dari gula aren, cabai, bawang putih, dan ebi. Rasanya asam, pedas, dan gurih sekaligus. Menurut legenda, resep cuko sudah jadi warisan dari generasi ke generasi, dengan perbandingan rempah yang dirahasiakan.
Tips Membuat Cuko Autentik
- Rebus 500 gram gula aren dengan 1 liter air hingga larut.
- Tambahkan 100 gram ebi sangrai, 10 buah cabai rawit, dan 5 siung bawang putih yang sudah halus.
- Masak dengan api kecil sampai kental. Saring sebelum penyajian.
Pempek dan Filosofi Hidup Orang Palembang
Simbol Kesederhanaan dan Ketekunan
Proses membuat pempek yang rumit mencerminkan kesabaran masyarakat Palembang. Dari menguleni adonan hingga menyaring cuko, semuanya butuh ketelitian. Tak heran, pempek sering hadir dalam acara adat sebagai bentuk penghormatan.
Pempek sebagai Perekat Sosial
Di Palembang, pempek tak hanya dijual—ia juga jadi media silaturahmi. Warung pempek adalah tempat berkumpulnya nelayan, pedagang, hingga pejabat. Dalam setiap gigitan, terkandung cerita tentang kebersamaan dan warisan leluhur.
Melihat Sejarah Pempek Palembang, serta Cara Pembuatannya: Penutup
Melihat sejarah pempek Palembang, serta cara pembuatannya mengajarkan kita bahwa kuliner bukan sekadar urusan perut. Ia adalah cermin sejarah, budaya, dan semangat bertahan suatu bangsa. Dari dapur Kesultanan hingga piring kita hari ini, pempek tetap menjadi saksi bisu bahwa rasa autentik tak pernah lekang zaman. Jadi, saat Anda menyantap pempek, ingatlah: setiap kunyahan adalah penghormatan pada warisan nenek moyang yang tak ternilai.