Tradisikuliner.com – Di antara ragam kuliner Nusantara yang kaya rempah dan sarat makna budaya, menjadi salah satu sajian yang layak mendapat sorotan lebih. Hidangan khas Banten ini bukan hanya menawarkan kelezatan daging kambing berbumbu gurih, tapi juga mengandung sejarah panjang yang lekat dengan masa kejayaan Kesultanan Banten. Dari dapur kerajaan hingga warung makan rakyat, Daging Rabeg tetap eksis dan menggoda selera dengan cita rasa khas Timur Tengah yang berpadu harmonis dengan selera lokal.
Asal-Usul Rabeg: Jejak Cita Rasa dari Arab ke Banten
Nama “Rabeg” diyakini berasal dari kota Rabigh di Arab Saudi. Konon, pada masa kejayaan Kesultanan Banten abad ke-16 hingga ke-17, para ulama dan saudagar Arab yang datang ke Nusantara membawa pengaruh besar terhadap budaya, termasuk kuliner. Dari sinilah Rabeg lahir—sebuah masakan yang memadukan teknik memasak Timur Tengah dengan bahan dan rempah-rempah lokal.
Di masa lalu, dipercaya sebagai hidangan istana yang hanya disajikan untuk keluarga kesultanan atau saat acara penting.

Ciri Khas Rabeg: Rempah Berani, Daging Lembut
Apa yang membedakan Rabeg dengan gulai atau semur biasa? Jawabannya terletak pada komposisi bumbu dan cara memasak. Daging kambing yang digunakan tidak direbus seperti biasa, melainkan dimasak dengan metode tumis perlahan, yang membuat lemak larut sempurna ke dalam kuah. Selain itu, Rabeg tidak menggunakan santan, berbeda dari banyak masakan daging Nusantara lainnya. Hal ini menjadikan rasa lebih ringan namun tetap tajam di lidah.
Dari Warisan Istana ke Warung Kaki Lima
Seiring berjalannya waktu, tak lagi eksklusif milik keluarga kerajaan. Kini, siapa saja bisa menikmati hidangan ini, terutama di daerah Serang, Banten. Banyak warung makan tradisional maupun restoran modern yang menyajikan sebagai menu andalan. Meski begitu, tak semua memiliki rasa yang sama. Namun tetap pada kesederhanaan teknik dan kekayaan bumbunya.
Rabeg sebagai Identitas Kuliner Banten
Di tengah popularitas kuliner dari Jawa Barat dan Jakarta yang lebih dominan, hadir sebagai representasi kuat dari identitas kuliner Banten.

Rabeg juga kini menjadi pilihan oleh-oleh kuliner khas, terutama saat wisatawan berkunjung ke Serang atau Cilegon.
Kesimpulan: Rabeg, Cita Rasa Kuno yang Terus Berkembang
Rabeg adalah bukti nyata bagaimana makanan bisa menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini. Di balik rasanya yang menggugah selera, terdapat kisah tentang akulturasi budaya, warisan kerajaan, dan ketahanan tradisi kuliner lokal. Dengan rempah yang kaya dan teknik memasak yang unik, berhasil bertahan di tengah arus modernisasi makanan cepat saji.
Bagi Anda yang ingin mencicipi kuliner bersejarah dengan cita rasa otentik, wajib dicoba. Karena sejatinya, dalam sepiring, Anda bukan hanya menikmati makanan—Anda sedang menjelajahi sejarah.