Begitu kita menyebut Natto, fermentasi kedelai khas Jepang dengan rasa yang unik, banyak orang akan langsung mengerutkan dahi atau justru tersenyum penasaran. Hidangan ini memang bukan sekadar makanan biasa—ia adalah manifestasi budaya, sejarah, dan ketangguhan cita rasa yang bertahan selama berabad-abad. Dalam artikel ini, Tradisi Kuliner akan menjelajah dunia fermentasi kedelai, dengan Natto sebagai tokoh utama yang membawa kita menyusuri rasa dan nilai-nilai tradisi kuliner Jepang.
Mengenal Fermentasi Kedelai: Dasar dari Banyak Kuliner Asia
Fermentasi kedelai adalah proses alami yang telah ada selama ribuan tahun untuk mengubah biji kedelai menjadi makanan yang lebih mudah saat pencernaan dan kaya nutrisi. Dari tempe di Indonesia, miso di Jepang, hingga doubanjiang di Tiongkok—semuanya lahir dari proses fermentasi yang menakjubkan ini.
Mengapa Kedelai Difermetasi?
Proses fermentasi bukan hanya membuat kedelai lebih lezat, tapi juga meningkatkan nilai gizinya. Enzim dari bakteri seperti Bacillus subtilis atau Rhizopus oligosporus bekerja secara kimiawi untuk memecah protein dan karbohidrat menjadi bentuk yang lebih mudah penyerapannya oleh tubuh. Hasilnya? Kandungan probiotik yang tinggi, vitamin B kompleks, dan tentu saja, cita rasa yang tak terlupakan.
Natto: Si Unik dari Negeri Sakura

Asal-usul Natto yang Penuh Legenda
Konon, prajurit Jepang menemukan Natto secara tidak sengaja setelah menyimpan kedelai rebus dalam kantong jerami saat bepergian. Ketika beberapa hari kemudian, kedelai itu sudah berlendir, berbau tajam, dan… ternyata lezat! Sejak saat itu, natto berkembang menjadi makanan rakyat dan kini bahkan masuk dalam daftar superfood dunia.
Bagaimana Proses Pembuatan Natto?
Natto dibuat dari kedelai yang telah direndam, direbus, lalu diinokulasi dengan bakteri Bacillus subtilis natto. Proses ini dilakukan dalam kondisi steril dan hangat selama 18–24 jam. Setelah itu, natto didinginkan dan disimpan agar cita rasanya semakin dalam.
Tekstur dan Aroma yang Mencengangkan
Bagi yang belum terbiasa, natto bisa terasa mengejutkan. Teksturnya berlendir dengan benang-benang lengket yang membentang saat diangkat. Aromanya kuat, sedikit menyengat, mirip keju fermentasi. Namun bagi pencinta natto, sensasi ini justru menjadi keistimewaannya.
Kandungan Gizi Natto: Tak Sekadar Unik, Tapi Juga Sehat
Satu porsi natto mengandung:
- Protein tinggi
- Vitamin K2: penting untuk kesehatan tulang dan jantung
- Probiotik alami: mendukung sistem pencernaan
- Serat makanan: membantu metabolisme
Natto juga diketahui mengandung enzim nattokinase yang dipercaya dapat membantu melancarkan peredaran darah dan mencegah pembekuan.
Bagaimana Cara Menikmati Natto?
Disajikan Tradisional: Dengan Nasi Hangat
Cara paling umum menyantap natto di Jepang adalah bersama nasi putih hangat, kecap asin, dan sedikit mustard Jepang (karashi). Campurkan menggunakan sumpit hingga berbusa, lalu menyantapnya dengan nasi—ini adalah sarapan klasik Jepang yang mengenyangkan.
Kreasi Modern: Dari Sushi Gulung hingga Pasta Fusion
Saat ini, natto juga digunakan dalam berbagai kreasi modern seperti:
- Natto sushi rolls
- Pasta natto dengan saus krim atau shoyu
- Natto salad dengan alpukat dan daun bawang
Kombinasi unik rasa umami, asin, dan sedikit pahit dari natto membuatnya fleksibel dalam berbagai resep.
Mengapa Banyak Orang Sulit Menerima Natto?
Cultural Shock dan Persepsi Awal
Bau menyengat, tekstur berlendir, dan cita rasa tajam membuat natto menjadi acquired taste. Banyak orang luar Jepang yang sulit menyukai natto sejak gigitan pertama. Tapi seperti kopi atau keju biru, ia membutuhkan waktu dan keberanian.
Namun, Cintanya Abadi
Bagi yang berhasil melewati tantangan awal, natto bisa menjadi candu. Bahkan banyak ekspatriat yang tinggal lama di Jepang akhirnya jatuh cinta dan menjadikan natto sebagai bagian dari hidup mereka.
Tradisi Natto dalam Kehidupan Sehari-hari Orang Jepang
Natto bukan hanya makanan—ia adalah bagian dari budaya Jepang. Dari anak-anak hingga lansia semua menyukai Natto, bahkan menjadi bagian dari sarapan rutin, hingga muncul dalam iklan televisi dan karakter anime. Beberapa wilayah seperti Ibaraki bahkan tterkenal sebagai pusat produksi natto terbesar di Jepang.
Natto dan Dunia Modern: Tren Superfood Global
Diminati oleh Pecinta Makanan Sehat
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan usus dan makanan fermentasi, natto mulai mendapat tempat di dunia kuliner global. Restoran vegan, toko makanan organik, hingga influencer kesehatan di media sosial mulai mempopulerkan natto sebagai fermented powerhouse.
Ekspor dan Inovasi
Perusahaan Jepang mulai mengekspor natto dalam bentuk beku dan bubuk ke berbagai negara. Bahkan muncul varian baru yang mengurangi bau dan menyesuaikan tekstur agar lidah internasional lebih bisa menerimanya.
Perbedaan Natto dengan Produk Fermentasi Kedelai Lainnya
Produk | Negara Asal | Mikroorganisme Utama | Ciri Khas |
---|---|---|---|
Natto | Jepang | Bacillus subtilis | Berlendir, aroma kuat |
Tempe | Indonesia | Rhizopus oligosporus | Padat, rasa gurih kacang |
Miso | Jepang | Aspergillus oryzae | Pasta, rasa umami pekat |
Doubanjiang | Tiongkok | Campuran ragi | Pedas, digunakan untuk saus masakan |
Kesimpulan: Natto, Fermentasi Kedelai Khas Jepang dengan Rasa yang Unik
Natto, fermentasi kedelai khas Jepang ini lebih dari sekadar makanan—ia adalah simbol kekayaan budaya, kekuatan fermentasi, dan tantangan lidah. Meskipun tidak semua orang langsung jatuh cinta pada natto, mereka yang telah mengakrabi keunikan rasanya tahu bahwa di balik lendir dan bau itu tersembunyi kekayaan gizi yang luar biasa.
Bagi Anda yang berani mencoba, siapa tahu natto akan menjadi bagian penting dari rutinitas sehat Anda. Karena pada akhirnya, cita rasa tidak hanya soal enak atau tidak—tapi juga soal keberanian untuk mengenal sesuatu yang baru.