Tradisikuliner.com – Yogyakarta bukan hanya terkenal karena budayanya yang kental dan keramahan penduduknya, tetapi juga karena kekayaan kulinernya. Salah satu yang paling ikonik dan sudah menjadi bagian dari identitas kota ini adalah Bakpia Pathok. Meskipun terlihat sederhana, camilan mungil berbentuk bulat ini menyimpan sejarah panjang, rasa yang khas, dan daya tarik yang tak lekang oleh waktu.

Bakpia Pathok bukan hanya oleh-oleh wajib bagi wisatawan, tetapi juga simbol kehangatan, kebersamaan, dan cita rasa yang autentik dari Yogyakarta. Artikel ini akan mengupas asal-usul bakpia, proses pembuatannya, inovasi rasa, serta alasan mengapa camilan ini tetap dicintai lintas generasi.

Sejarah Singkat: Dari Imigran Tionghoa hingga Ikon Jogja

Bakpia sebenarnya bukan makanan asli Indonesia. Hidangan ini berasal dari budaya kuliner Tionghoa, tepatnya dari kue yang bernama “pia”, kue isi kacang yang populer di Tiongkok. Namun, pada tahun 1948, seorang keturunan Tionghoa di daerah Pathok, Yogyakarta, mulai memodifikasi resep pia agar sesuai dengan selera lokal.

Hasilnya adalah bakpia—pia versi Yogyakarta yang berisi kacang hijau dan memiliki tekstur kulit tipis dengan rasa manis gurih. Karena awalnya diproduksi di daerah Pathok, camilan ini kemudian dikenal sebagai Bakpia Pathok. Dari sinilah lahir berbagai produsen bakpia yang menggunakan nomor pada namanya, seperti Bakpia Pathok 25, 75, dan sebagainya.

bakpia pathok

Bahan dan Proses Pembuatan yang Menjaga Autentisitas

Bakpia Pathok dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana: kacang hijau, gula, tepung terigu, minyak, dan sedikit garam. Namun, rahasia kelezatannya ada pada proporsi dan teknik pengolahan.

Kacang hijau yang digunakan dikukus, dihaluskan, dan dimasak bersama gula hingga membentuk pasta yang halus dan legit.

Hasilnya adalah kue mungil dengan kulit lembut dan isian manis gurih yang meleleh di mulut. Aromanya harum khas panggangan, dan teksturnya unik: lembut di dalam, renyah tipis di luar.

Inovasi Rasa: Dari Klasik hingga Kekinian

Seiring berkembangnya zaman dan selera masyarakat, produsen bakpia tidak berhenti berinovasi. Saat ini, selain rasa original kacang hijau, tersedia berbagai varian rasa, seperti:

  • Cokelat
  • Keju
  • Kacang merah
  • Taro
  • Durian
  • Green tea

Inovasi ini tak hanya menarik perhatian generasi muda, tetapi juga membawa bakpia ke level yang lebih modern tanpa menghilangkan akarnya yang klasik. Bahkan, kini tersedia Bakpia Kukus, yang menawarkan tekstur lebih lembut dan moist seperti bolu.

bakpia pathok

Mengapa Bakpia Pathok Tetap Digemari?

Ada beberapa alasan mengapa Bakpia Pathok tetap menjadi primadona di tengah menjamurnya oleh-oleh modern:

  1. Cita rasa nostalgia – Bagi banyak orang, bakpia adalah kenangan manis akan liburan ke Jogja atau masa kecil bersama keluarga.
  2. Harga terjangkau – Dengan harga yang relatif murah, bakpia mudah dijangkau oleh semua kalangan.
  3. Daya tahan baik – Meski tanpa pengawet berbahaya, bakpia bisa tahan beberapa hari, cocok sebagai oleh-oleh luar kota.
  4. Simbol budaya – Bakpia bukan sekadar makanan, tapi bagian dari identitas kuliner dan sejarah kota Yogyakarta.

Tips Menikmati dan Membeli Bakpia Terbaik

Untuk mendapatkan pengalaman terbaik saat menikmati bakpia:

  • Pilih bakpia yang masih hangat atau baru keluar dari oven.
  • Cicipi rasa klasik terlebih dahulu untuk merasakan cita rasa autentik.
  • Simpan di tempat kering dan sejuk agar tetap awet.

Jika ingin membeli sebagai oleh-oleh, pastikan untuk mengunjungi sentra bakpia asli di daerah Pathok atau Tugu Yogyakarta, tempat kamu bisa melihat langsung proses pembuatannya.

Penutup

Bakpia Pathok adalah lebih dari sekadar oleh-oleh khas Jogja—ia adalah simbol rasa, sejarah, dan kebanggaan lokal. Jika kamu berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa bawa pulang Bakpia Pathok sebagai kenangan lezat dari kota yang penuh cerita ini. Satu gigitan bisa membawamu kembali ke suasana hangat khas Jogja, kapan pun dan di mana pun.

By kuliner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *