Tradisikuliner.com – Di antara deretan kuliner tradisional yang menjadi identitas suatu daerah, Chai Kue (atau Cai Kue) dari Kalimantan Barat mencuri perhatian dengan bentuknya yang sederhana namun kaya rasa dan nilai budaya. Kue ini bukan hanya sekadar camilan pasar biasa, tetapi juga merupakan simbol akulturasi antara budaya Tionghoa dan Melayu yang telah mengakar kuat di tanah Borneo, khususnya di kota Pontianak dan sekitarnya.
Apa Itu Chai Kue?
Chai Kue adalah kue tradisional berbentuk setengah lingkaran, berwarna bening karena terbuat dari adonan tepung beras dan tepung tapioka. Isian kue ini bervariasi, namun umumnya terdiri dari sayur kucai, bengkuang, talas, atau rebung, dan kadang juga berisi kacang tanah atau ebi untuk menambah rasa gurih.
Kue ini biasanya dikukus dan disajikan dalam kondisi hangat, lalu disantap dengan sambal kecap bawang putih sebagai pendamping.

Asal-Usul dan Jejak Budaya
Nama “Chai Kue” berasal dari dialek Hakka, di mana “chai” berarti sayuran dan “kue” berarti kue atau makanan kecil. Chai Kue pun menjelma menjadi kuliner lintas budaya—menggabungkan teknik kuliner Tionghoa, bahan lokal Kalbar, dan selera Nusantara.
Teknik Pembuatan yang Penuh Ketelatenan
Kelezatan sangat ditentukan oleh adonan kulitnya yang harus transparan, lentur, dan tidak mudah pecah. Proses ini membutuhkan ketelitian, terutama dalam mengukus dan mengatur tingkat kelembaban adonan. Kulit yang tipis namun kuat menjadi tantangan tersendiri.
Rasa yang Sederhana Tapi Menggoda
Keunikan terletak pada keseimbangan rasa gurih, manis, dan segar dari sayuran. Sambal kecap bawang putih yang menyertainya juga memberikan sensasi pedas-manis-gurih yang melengkapi rasa netral dari kue. Dalam versi gorengnya, juga menghadirkan tekstur renyah yang membuatnya semakin nikmat sebagai teman ngopi atau teh hangat.

Dari Pasar Tradisional ke Panggung Kuliner Modern
Dulunya hanya bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional Pontianak, seperti Pasar Flamboyan atau di gerobak-gerobak kaki lima saat pagi hari.
Inovasi juga bermunculan: dari bentuk mini, warna kulit yang beragam, hingga isian modern seperti keju, jamur, dan ayam.
Kesimpulan
Chai Kue Kalbar bukan hanya makanan ringan, tapi penjaga tradisi dan simbol akulturasi budaya yang hidup hingga hari ini. Dalam setiap gigitan, tersimpan cerita perpaduan etnis, teknik memasak turun-temurun, dan kecintaan masyarakat Kalbar terhadap kuliner lokal.
Bagi pecinta kuliner Nusantara, mencicipi Chai Kue adalah seperti menelusuri jejak sejarah melalui rasa. Ini bukan sekadar kue, tapi identitas yang terbungkus dalam kulit tipis dan isian sederhana yang kaya makna.