Berjalan menyusuri lorong-lorong pasar tradisional sambil mencium aroma kenangan masa kecil adalah cara terbaik untuk mengenang kembali 10 Jajanan Jadul Indonesia yang hampir punah. Di balik kemasan plastik berwarna-warni dan etalase modern minimarket, masih terselip secuil nostalgia dari jajanan-jajanan tempo dulu yang kini mulai hilang dari peredaran. Bukan hanya camilan, mereka adalah bagian dari budaya—warisan kuliner yang mewakili zaman, daerah, dan kenangan keluarga.
Apa Itu Jajanan Jadul?

Istilah jajanan jadul mengacu pada camilan-camilan khas Indonesia yang populer di era 70-an hingga 90-an. Dulu, makanan ini bisa dengan mudah ditemukan di sekolah, pasar, atau pedagang keliling. Sayangnya, modernisasi membuat banyak dari mereka tersingkir oleh makanan cepat saji dan tren kuliner kekinian.
Kenapa Jajanan Jadul Bisa Punah?
Ada beberapa alasan mengapa jajanan jadul nyaris hilang:
- Perubahan gaya hidup: Anak-anak sekarang lebih suka makanan modern.
- Bahan baku sulit dicari: Beberapa bahan alami kini langka.
- Minimnya pewaris usaha: Banyak penjual lama yang tak memiliki penerus.
- Kurangnya inovasi tampilan dan rasa: Meskipun lezat, tampilan yang kuno sering tak menarik bagi generasi muda.
10 Jajanan Jadul Indonesia yang Hampir Punah
1. Kue Rangi – Si Manis Gurih dari Betawi
Kue rangi adalah paduan parutan kelapa dan tepung sagu yang dibakar dalam cetakan khusus, lalu disiram saus gula merah kental. Teksturnya unik, renyah di luar dan kenyal di dalam. Sayangnya, kini kue ini hanya muncul saat festival atau acara budaya Betawi.
2. Gulali Rambut Nenek – Kapas Manis Penuh Warna
Banyak anak zaman sekarang tak pernah merasakan gulali rambut nenek—gula yang ditarik hingga berbentuk serat halus seperti rambut dan dibungkus roti tawar. Dulunya dijual di depan sekolah, kini jadi barang langka yang sulit ditemukan.
3. Telur Gulung – Jajanan Gerobak yang Melegenda
Siapa sangka, telur digoreng dan digulung di tusuk sate bisa sebegitu nikmatnya? Meski belakangan ini sempat viral kembali, telur gulung klasik dengan saus dan bumbu sederhana tetap tak tergantikan oleh versi kekinian yang ‘keju-kejuan’.
4. Kue Putu – Ledakan Hangat di Dalam Bambu
Terbuat dari tepung beras berisi gula merah dan kukus dalam bambu kecil, kue putu punya suara khas “tuuut” saat matang. Aroma pandan dan suara uapnya mengingatkan kita pada malam-malam di kampung halaman. Kini, hanya sedikit penjual yang masih setia menjaga tradisi ini.
5. Permen Karet Yosan – Si Permen yang Punya Teka-Teki
Generasi 90-an pasti ingat permen Yosan dengan bungkus teka-tekinya. Walau rasanya cuma bertahan 3 menit, tapi sensasi ‘kumpulin huruf Y-O-S-A-N’ itu tiada duanya. Kini, menemukan permen ini sama sulitnya seperti menyusun huruf lengkapnya.
6. Es Gabus Pelangi – Beku, Lembut, Nostalgia
Es berbahan dasar santan dan tepung hunkwe ini punya tekstur unik, seperti kue tetapi dingin seperti es krim. Dibalut plastik warna-warni, es gabus jadi primadona saat jam istirahat sekolah. Kini, hanya segelintir pasar tradisional yang masih menjualnya.
7. Kembang Goyang – Renyahnya Sulit Terlupakan
Terbuat dari adonan tepung yang dicetak dengan alat logam lalu digoreng hingga renyah, kembang goyang punya bentuk cantik seperti bunga. Rasanya manis ringan dan gurih. Sayangnya, banyak orang enggan membuatnya karena prosesnya cukup rumit.
8. Arumanis – Si Kapas Gula ala Indonesia
Mirip cotton candy dari luar negeri, arumanis adalah gula yang berputar menjadi benang tipis, lalu jepit dalam kerupuk atau plastik. Dulu ada banyak penjualnya di sekolah dan pasar malam. Kini, hanya muncul saat ada pasar dadakan atau karnaval daerah.
9. Kue Ape – Lembut Tengah, Renyah Pinggiran
Biasa orang mengenaknya sebagai “serabi Jakarta,” kue ape punya bagian tengah yang tebal dan lembut serta pinggiran super renyah. Warna hijaunya dari daun pandan atau pewarna makanan jadul. Sayangnya, kalah populer daripada camilan kekinian seperti donat atau croffle.
10. Sagon Bakar – Legit dan Mengenyangkan
Sagon terbuat dari parutan kelapa dengan campuran tepung ketan lalu panggang hingga kering. Rasanya manis dan teksturnya agak keras, tetapi sangat khas. Banyak orang tua mengenangnya sebagai camilan favorit masa kecil. Kini, makin sulit untuk anda temukan kecuali di toko oleh-oleh tertentu.
Budaya yang Terkikis Zaman
Setiap jajanan jadul membawa cerita—tentang penjual keliling yang berjalan memikul dagangan, tentang nenek yang membuatkan kue setiap sore, atau tentang uang receh yang terkumpul sedikit demi sedikit demi membeli gulali. Sayangnya, ketika budaya modern merajalela, banyak dari camilan ini kehilangan tempatnya di hati masyarakat.
Mengapa Kita Harus Melestarikannya?
Melestarikan jajanan jadul bukan hanya soal rasa, tetapi juga mempertahankan identitas. Di dalam setiap adonan dan gula yang meleleh, tersimpan jejak tradisi dan nilai gotong royong.
Tips Menghidupkan Kembali Jajanan Jadul
- Inovasi kemasan: Buat tampilannya lebih menarik tanpa mengubah rasa aslinya.
- Promosi digital: Gunakan media sosial untuk mengenalkan ke generasi muda.
- Kolaborasi kuliner: Gabungkan rasa jadul dengan makanan modern.
- Workshop memasak: Ajarkan anak muda cara membuat jajanan klasik.
- Festival jajanan tempo dulu: Wadah untuk berkumpulnya pelestari jajanan lawas.
Jajanan Jadul Indonesia Adalah Harta Karun Budaya
Di tengah derasnya gelombang kuliner modern, 10 Jajanan Jadul Indonesia yang hampir punah seakan menjadi perahu kecil yang mencoba bertahan di tengah samudra tren baru. Tapi justru di sanalah keindahannya. Mereka sederhana, jujur, dan penuh cerita. Mari kita jaga, lestarikan, dan sebarkan kembali pesonanya. Sebab jika mereka benar-benar hilang, maka yang punah bukan hanya jajanan—tapi juga bagian dari ingatan kita sendiri.