Tradisikuliner.com Ketika Anda menggigit lapisan pertama Baklava, terdengar suara renyah yang memikat. Namun, begitu mencapai bagian dalamnya, lidah disambut oleh kelembutan dan manisnya sirup yang meresap sempurna. Inilah keajaiban Baklava—kue khas Timur Tengah yang tidak hanya memanjakan lidah, tapi juga menyimpan sejarah panjang dan budaya yang mendalam.

Sejarah Manis dari Kekaisaran

Baklava bukanlah sekadar makanan penutup. Ia adalah warisan budaya yang telah mengarungi waktu sejak zaman Kekaisaran Ottoman. Beberapa sejarawan bahkan menelusuri jejaknya hingga ke Mesopotamia kuno. Di masa lalu, Baklava adalah sajian eksklusif bagi bangsawan dan kerajaan. Kue ini melambangkan kemewahan, karena bahan-bahannya—seperti kacang pistachio, madu, dan mentega—dulu sangat mahal dan langka.

Kini, Baklava telah melintasi batas-batas negara. Dari Turki hingga Yunani, dari Iran hingga Suriah, masing-masing wilayah punya versi khasnya. Tapi esensi Baklava tetap sama: adonan filo super tipis, kacang cincang, sirup manis, dan teknik pembuatan yang memerlukan kesabaran tingkat tinggi.

Resep yang Tampak Sederhana, Tapi Penuh Seni

Jangan terkecoh oleh daftar bahan yang singkat. Membuat Baklava adalah seni kuliner yang rumit. Bayangkan menyusun lebih dari 30 lapisan filo (atau phyllo)—adonan tipis seperti kertas—satu per satu, dengan olesan mentega cair di setiap lembarannya. Kemudian taburkan kacang yang telah dicincang halus, biasanya pistachio, kenari, atau almond, tergantung wilayah asal.

baklava

Setelah itu, Baklava dipotong dengan pola zigzag atau bentuk berlian yang khas sebelum dipanggang hingga keemasan. Proses terakhir yang tak kalah penting adalah menyiramkannya dengan sirup gula atau madu setelah kue keluar dari oven. Inilah yang membuat teksturnya unik: luar renyah, dalam lembut dan lengket manis.

Filosofi di Balik Teksturnya

Tekstur Baklava bukanlah hasil kebetulan. Lapisan renyah mewakili kekuatan dan ketegasan budaya Timur Tengah yang penuh warna. Sedangkan bagian dalam yang lembut dan manis menyimbolkan kelembutan hati dan kehangatan dalam hubungan sosial mereka. Maka tak heran jika sering hadir di momen-momen penting: Idul Fitri, Natal Ortodoks, hingga perayaan pernikahan.

Baklava Modern: Dari Warung Tradisional hingga Café Mewah

Kini, Baklava bisa ditemukan dalam berbagai versi modern. Ada yang menggabungkan rasa cokelat, teh matcha, bahkan es krim sebagai isian. Inovasi ini memang mencuri perhatian generasi muda, tapi para penggemar setia tetap mengidolakan versi klasik dengan pistachio dan madu.

Tak sedikit café modern di kota besar yang menyajikan Baklava sebagai signature dessert mereka. Di Jakarta, misalnya, Baklava mulai naik daun berkat komunitas foodies dan media sosial. Banyak yang penasaran mencoba kue berlapis-lapis ini setelah melihat tampilannya yang menggoda di Instagram atau TikTok.

baklava

Tips Menyantap Baklava agar Tak Terlalu Manis

Baklava memang dikenal manis. Tapi jangan khawatir, ada cara menyantapnya agar tidak terlalu menggelegar di lidah. Sajikan dengan secangkir teh hitam atau kopi tanpa gula. Kombinasi pahit dan manis ini akan menciptakan keseimbangan rasa yang sempurna.

Penutup: Lebih dari Sekadar Kue

Baklava bukan hanya tentang rasa. Ia adalah pengalaman—dari suara saat digigit, keharuman mentega panggang, hingga kelembutan kacang dan sirup yang menyatu. Jadi, lain kali Anda menemukan Baklava di toko kue atau restoran Timur Tengah, ingatlah: Anda sedang mencicipi sepotong sejarah dan keajaiban kuliner dunia.

By kuliner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *