Tradisikuliner.com – Ketika berbicara tentang makanan khas Vietnam, satu nama yang selalu muncul di puncak daftar adalah Phở. Makanan ini bukan sekadar semangkuk mi kuah panas, tetapi simbol dari kehangatan, tradisi, dan kekuatan budaya kuliner Vietnam. Dengan kuah kaldu yang wangi, mi beras yang lembut, serta topping daging dan sayur segar yang menyegarkan, Phở adalah pengalaman makan yang menenangkan jiwa.
Dikenal dunia sebagai “mi kuah khas Vietnam”, Phở telah melampaui batas-batas geografis dan menjadi makanan favorit global—dari warung kaki lima di Hanoi hingga restoran bintang lima di New York. Tapi di balik popularitasnya, tersembunyi sejarah panjang dan filosofi rasa yang layak untuk dikenali lebih dalam.
Asal Usul Phở: Dari Kolonialisme hingga Ikon Nasional
Phở diperkirakan lahir pada awal abad ke-20 di Vietnam Utara, khususnya di sekitar Hanoi. Orang Tionghoa memperkenalkan teknik membuat mi dan sup, sementara kolonial Prancis membawa kebiasaan menyantap kaldu tulang sapi.
Nama “phở” sendiri diyakini berasal dari kata Prancis “pot-au-feu” (sup daging sapi), yang kemudian disesuaikan dengan pelafalan lokal. Seiring waktu, Phở berkembang menjadi identitas nasional, terutama setelah Perang Vietnam, ketika diaspora Vietnam menyebarkan budaya makan ini ke seluruh dunia.

Komponen Utama Phở: Kesederhanaan yang Penuh Cita Rasa
Phở bukan sekadar mi dan kuah. Justru dalam kesederhanaannya, terdapat kompleksitas rasa yang mengagumkan. Ada tiga elemen utama dalam setiap mangkuk:
- Kaldu Sapi atau Ayam
Inilah jantung dari Phở. Kaldu dibuat dari tulang sapi atau ayam yang direbus perlahan selama berjam-jam, ditambah aneka rempah seperti kayu manis, cengkeh, kapulaga, jahe, dan bawang panggang. Hasilnya adalah kuah bening yang kaya rasa namun tetap ringan. - Bánh phở (mi beras putih tipis)
Mi yang digunakan adalah jenis mi beras lebar dan pipih. Teksturnya lembut, tidak lengket, dan menyerap kaldu dengan baik. - Topping Daging dan Sayur
Biasanya berupa irisan daging sapi mentah yang dimasak seketika dalam kuah panas atau potongan ayam suwir.
Satu suapan Phở memberikan kombinasi rasa gurih, manis alami, aroma rempah, dan kesegaran herba—perpaduan yang seimbang dan menenangkan.
Lebih dari Makanan: Ritual Budaya Sehari-Hari
Di Vietnam, Phở bukan hanya hidangan spesial—ia adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak orang menyantap sebagai sarapan, bahkan sebelum matahari terbit. Warung Phở selalu ramai oleh penduduk lokal, dari pelajar hingga pekerja kantoran, yang mencari kehangatan di tengah pagi.
Phở juga menjadi simbol keramahan. Menyuguhkan semangkuk kepada tamu adalah bentuk penghormatan. Dalam budaya Vietnam, makanan ini merepresentasikan kesederhanaan, kehangatan, dan cinta dari dapur rumah.

Phở dalam Kancah Internasional
Tak butuh waktu lama untuk meraih perhatian dunia. Di kota-kota besar seperti Paris, Melbourne, dan Los Angeles, restoran Vietnam selalu punya Phở sebagai menu andalan. Bahkan UNESCO mengakui warisan kuliner Vietnam sebagai bagian dari kekayaan budaya dunia.
Ketenaran Phở tidak hanya karena rasanya, tapi juga karena profil gizinya yang sehat—rendah lemak, tinggi protein, serta kaya akan vitamin dari sayur dan herba segar.
Penutup: Semangkuk Rasa, Sejarah, dan Cinta
Phở adalah bukti bahwa makanan bisa menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini, antara keluarga dan masyarakat, antara negara asal dan dunia global. Setiap sendok kuah, setiap gigitan mi, membawa kita ke jalanan Hanoi yang ramai atau ke dapur kecil tempat seorang ibu memasak dengan cinta.
Phở bukan sekadar makanan. Ia adalah cerita, budaya, dan pengalaman yang menggugah semua indera. Satu mangkuk tidak cukup. Karena sekali mencoba, kamu akan selalu ingin kembali lagi.