Tradisikuliner.com Di tengah jajaran kuliner manis dunia yang dipenuhi cokelat, kue, dan permen modern, ada satu kudapan tradisional yang tampil beda: Churchkhela. Bentuknya menyerupai sosis panjang berwarna cokelat kemerahan atau ungu tua, namun jangan tertipu—ini bukan daging, melainkan camilan manis khas Georgia yang penuh energi. Rasanya legit, teksturnya kenyal, dan kandungan gizinya membuatnya dijuluki sebagai “energi bar alami” yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Asal Usul yang Sarat Tradisi

Churchkhela berasal dari Georgia, sebuah negara di kawasan Kaukasus yang kaya akan kebun anggur dan kacang-kacangan. Masyarakat Georgia telah membuat Churchkhela selama berabad-abad, terutama pada musim gugur ketika anggur sedang panen. Tradisi ini tak hanya sekadar membuat permen, tetapi juga menjadi momen keluarga, di mana seluruh anggota bekerja sama mulai dari memetik anggur, mengekstrak sarinya, hingga menyiapkan kacang yang akan menjadi isiannya.

Bahan-Bahan Sederhana, Energi Luar Biasa

Keunikan Churchkhela terletak pada bahan-bahannya yang alami:

  • Jus anggur segar atau kadang jus buah delima untuk variasi rasa.
  • Tepung gandum untuk mengentalkan jus hingga menjadi adonan kental.
  • Kacang kenari, almond, atau hazelnut yang dijadikan isi inti permen.

Proses pembuatannya cukup unik. Kacang ditusuk panjang seperti sate, lalu dicelupkan ke dalam campuran jus anggur kental (disebut tatara) hingga terlapisi tebal. Setelah itu, Churchkhela digantung dan dibiarkan mengering selama beberapa minggu hingga teksturnya kenyal namun tetap lembut di bagian dalam.

churchkhela

Rasa dan Tekstur yang Memikat

Gigitan pertama Churchkhela menawarkan kombinasi tekstur yang menarik: lapisan luar kenyal dan sedikit lengket, sedangkan bagian dalam renyah dari kacang yang gurih. Rasa manisnya bukan dari gula pasir, melainkan dari konsentrat jus anggur yang alami, sehingga aromanya segar dan tidak bikin eneg.

Warna Churchkhela bervariasi, tergantung jenis buah yang digunakan. Jika memakai anggur merah, warnanya menjadi cokelat kemerahan. Jika jus buah delima, warnanya akan lebih merah tua dengan rasa asam manis yang segar.

Kudapan Bergizi untuk Semua Usia

Churchkhela bukan hanya lezat, tapi juga kaya gizi. Jus anggur mengandung antioksidan, vitamin, dan mineral, sementara kacang-kacangan memberikan protein, lemak sehat, serta energi yang tahan lama. Tak heran jika dulu para tentara Georgia membawanya sebagai sumber tenaga di medan perang, dan kini banyak pendaki gunung atau atlet yang menjadikannya camilan sehat.

Bagi yang menjalani pola makan alami atau menghindari gula olahan, Churchkhela adalah pilihan ideal. Kudapan ini bebas pengawet, pemanis buatan, dan pewarna sintetis.

Peran Churchkhela dalam Budaya Georgia

Di Georgia, Churchkhela identik dengan musim panen anggur (Rtveli). Selama festival ini, warga akan membuat Churchkhela dalam jumlah besar sebagai persediaan untuk musim dingin.

Churchkhela juga kerap menjadi oleh-oleh khas bagi wisatawan yang berkunjung ke Georgia. Di pasar tradisional hingga toko suvenir, deretan Churchkhela yang tergantung rapi menciptakan pemandangan yang menggoda selera.

churchkhela

Churchkhela di Era Modern

Meski tetap mempertahankan metode tradisional, banyak produsen kini bereksperimen dengan rasa baru. Ada Churchkhela dengan isian campuran buah kering, taburan biji-bijian, atau bahkan lapisan luar beraroma kayu manis. Namun, esensi utama—energi alami dari buah dan kacang—tetap terjaga.

Bahkan, beberapa restoran internasional mulai menyajikan Churchkhela sebagai bagian dari dessert platter, membawanya ke panggung kuliner global.

Penutup: Permen yang Mengikat Rasa dan Sejarah

Churchkhela bukan sekadar camilan manis. Ia adalah bagian dari identitas kuliner Georgia, simbol kebersamaan, dan bukti bahwa makanan tradisional bisa tetap relevan di zaman modern. Dengan rasa legit, tekstur unik, dan manfaat kesehatan yang luar biasa, Churchkhela layak mendapat tempat di hati para pecinta kuliner dunia.

Bila berkesempatan ke Georgia, jangan lupa mencicipinya langsung dari pasar tradisional—karena setiap gigitan bukan hanya memberikan energi, tapi juga membawa Anda menyelami sejarah panjang sebuah bangsa.

By kuliner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *