Di antara begitu banyak warisan rasa yang lahir dari tanah Tiongkok, 6 kuliner Cina tertua adalah harta gastronomi yang tetap hidup hingga kini, membawa aroma masa lalu yang tak lekang oleh waktu. Makanan-makanan ini bukan sekadar hidangan, tetapi cermin dari sejarah, filsafat hidup, dan kebiasaan masyarakat yang telah berumur ribuan tahun. Tradisi Kuliner mengajak anda untuk menelusuri satu per satu, menyusuri lorong waktu lewat aroma jahe, kecap fermentasi, dan rempah-rempah kuno yang membuat dunia jatuh cinta pada kuliner negeri tirai bambu ini.

1. Peking Duck – Simbol Keanggunan Istana
Tak ada yang lebih megah dari Peking Duck dalam daftar kuliner Cina tertua. Hidangan ini sudah dikenal sejak era Dinasti Yuan (abad ke-13), menjadi sajian kebanggaan istana kekaisaran. Bebek pilihan dipelihara khusus, dibumbui dengan teknik marinasi rahasia, lalu dipanggang hingga kulitnya super crispy namun dagingnya tetap juicy.
Keistimewaan Peking Duck bukan hanya pada rasanya, tetapi juga cara penyajiannya. Potongan tipis daging bebek dibungkus kulit tipis mandarin pancake, diberi irisan daun bawang dan saus manis gurih. Tradisi ini seakan mengajarkan bahwa kelezatan adalah perpaduan harmoni antara rasa, aroma, dan tampilan.
2. Dim Sum – Filosofi Makan Sedikit, Berkali-kali
Dim sum sudah ada sejak ratusan tahun lalu, berkembang pesat di jalur perdagangan Silk Road. Awalnya, hidangan ini menjadi camilan para pedagang dan pelancong di rumah teh kuno di Kanton.
Keunikan dim sum adalah keragamannya. Ada yang kukus seperti har gow (pangsit udang), ada yang versi goreng seperti spring roll, hingga yang manis seperti custard bun. Filosofinya sederhana: makan dalam porsi kecil, tetapi berulang kali, sambil menikmati obrolan hangat. Inilah mengapa dim sum disebut yum cha—menyeruput teh sambil mencicipi hidangan kecil.
3. Jiaozi – Pangsit Keberuntungan
Jika musim dingin tiba di Tiongkok, tak lengkap tanpa jiaozi, pangsit berbentuk bulan sabit yang banyak mempercayai bisa membawa keberuntungan. Konon, hidangan ini sudah ada sejak Dinasti Han Timur (sekitar abad ke-2).
Isinya beragam—mulai dari daging babi cincang, sapi, ayam, hingga sayuran segar—dibungkus dengan kulit tipis berbahan tepung. Proses membentuk jiaozi biasanya bersama keluarga besar, menjadi simbol kebersamaan. Di malam tahun baru Imlek, jiaozi sering memiliki isian dengan koin sebagai tanda rezeki di tahun yang akan datang.
4. Zongzi – Legenda di Balik Daun Bambu
Zongzi adalah ketan isi daging atau pasta kacang yang terbungkus daun bambu, lalu rebus atau bisa kukus hingga harum. Makanan ini erat kaitannya dengan kisah penyair kuno Qu Yuan pada zaman Negara-negara Berperang (sekitar abad ke-3 SM).
Setiap festival Duanwu (Dragon Boat Festival), masyarakat Tiongkok membuat zongzi sebagai penghormatan pada Qu Yuan. Bentuknya yang segitiga atau persegi panjang, serta aroma daun bambu yang khas, membuat zongzi menjadi kuliner Cina tertua yang hingga kini tetap populer di berbagai daerah, dengan variasi rasa manis hingga gurih.
5. Mooncake – Manisnya Perayaan Musim Gugur
Kue bulat ini adalah ikon Mid-Autumn Festival, perayaan yang telah ada lebih dari 1.000 tahun. Mooncake melambangkan kebersamaan keluarga dan doa akan kehidupan yang penuh kebahagiaan.
Isi mooncake bervariasi: pasta kacang merah, biji teratai, kacang-kacangan, hingga kuning telur asin yang mewakili bulan purnama. Kulitnya tipis namun kokoh, dengan hiasan ukiran simbol keberuntungan. Saat bulan purnama bersinar, potong mooncake bersama dan bagi merata—sebuah tradisi yang hangat dan penuh makna.
6. Hot Pot – Api, Uap, dan Kebersamaan
Kuliner hot pot, atau huo guo, adalah seni memasak di meja makan yang sudah ada sejak Dinasti Han (sekitar 2.000 tahun lalu).Letakkan panci besar berisi kaldu mendidih di tengah meja, lalu setiap orang mencelupkan potongan daging, sayur, tahu, atau mie ke dalamnya.
Hot pot lebih dari sekadar makanan—ia adalah pengalaman sosial. Panas uap kaldu, aroma rempah, dan suara tawa bercampur jadi satu. Setiap daerah di Tiongkok punya gaya hot pot sendiri, dari pedas membara ala Sichuan hingga kaldu herbal yang menenangkan di Beijing.
Rahasia Umur Panjang Kuliner Kuno Tiongkok
Mengapa kuliner Cina tertua ini bisa bertahan ratusan bahkan ribuan tahun? Jawabannya terletak pada filosofi keseimbangan dalam budaya Tiongkok. Perpaduan rasa asin, manis, asam, dan pahit berpadu sedemikian rupa sehingga setiap hidangan tidak hanya lezat, tetapi juga banyak yang percaya bisa menyehatkan tubuh.
Selain itu, makanan tradisional ini sarat akan makna simbolis—mulai dari keberuntungan, kebersamaan, hingga penghormatan pada leluhur. Itulah yang membuatnya tetap relevan meski zaman terus berubah.
Peran Kuliner Cina Tertua di Era Modern
Kini, hidangan-hidangan kuno ini tak hanya ada di Tiongkok, tapi juga menjelajah ke seluruh dunia. Restoran di berbagai negara berlomba menyajikannya, terkadang dengan inovasi modern tanpa meninggalkan resep klasik.
Bahkan, banyak di antara kuliner Cina tertua yang kini masuk daftar warisan budaya tak benda oleh UNESCO, menegaskan bahwa makanan adalah bagian penting dari identitas suatu bangsa.
Penutup: Warisan Rasa yang Abadi
Dari bebek panggang istana hingga panci hot pot yang hangat, 6 kuliner Cina tertua adalah kisah tentang rasa, sejarah, dan kebersamaan yang melampaui waktu. Setiap suapannya membawa kita kembali ke masa lalu, menghubungkan generasi demi generasi lewat resep yang terjaga dengan penuh cinta.