Tradisikuliner.com Ketika berbicara tentang kuliner khas Asia Tenggara, banyak orang mungkin langsung teringat pada pho dari Vietnam atau nasi lemak dari Malaysia. Namun, ada satu hidangan yang tak kalah istimewa dan menjadi kebanggaan Myanmar, yaitu Mohinga. Dengan cita rasa gurih, segar, dan kaya rempah, mampu mencerminkan karakter kuliner Myanmar yang sederhana sekaligus penuh kehangatan.

Asal Usul Mohinga

Sejarah Mohinga sudah ada sejak berabad-abad lalu, bahkan diyakini berasal dari era kerajaan Burma kuno. Namun seiring waktu semakin populer dan menjadi makanan sehari-hari. Kini, hampir setiap sudut kota di Myanmar—mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran mewah—menyajikan Mohinga, terutama di pagi hari.

Lebih dari sekadar makanan, Mohinga telah menjadi bagian dari identitas budaya Myanmar. Seperti halnya kopi pagi bagi sebagian orang, Mohinga adalah simbol energi dan awal hari bagi masyarakat Myanmar.

mohinga

Bahan dan Ciri Khas Mohinga

Yang membuat Mohinga unik adalah bahan dasarnya yang sederhana, namun menghasilkan rasa yang kaya. Kuahnya dibuat dari campuran ikan air tawar, bawang putih, bawang merah, serai, jahe, serta tepung beras yang berfungsi sebagai pengental alami. Perpaduan ini menciptakan tekstur kuah yang lembut, gurih, dan sedikit kental.

Sup kemudian disajikan dengan mie beras yang menyerupai bihun atau vermicelli. Agar semakin nikmat, Mohinga diberi berbagai pelengkap seperti:

  • Irisan telur rebus
  • Rempeyek atau kerupuk renyah
  • Daun ketumbar segar
  • Pisang muda yang diiris tipis (memberikan sensasi renyah dan segar)
  • Perasan jeruk limau untuk menambah rasa segar

Cita rasa akhir Mohinga adalah gurih, sedikit pedas, dengan aroma segar dari serai dan jeruk limau yang membuatnya berbeda dengan sup mie dari negara lain.

Mohinga sebagai Sarapan Nasional

Salah satu hal menarik dari Mohinga adalah statusnya sebagai sarapan nasional Myanmar. Hampir semua orang di negara tersebut terbiasa memulai hari dengan semangkuk Mohinga hangat. Penjualnya dapat dengan mudah ditemukan di pasar, warung tenda, bahkan kios kecil di pinggir jalan sejak pagi buta.

Bagi masyarakat Myanmar, menyantap Mohinga adalah bagian dari rutinitas yang membangkitkan energi, mempererat hubungan sosial, sekaligus menjadi simbol kehangatan keluarga.

Variasi Mohinga di Berbagai Daerah

Meski resep dasarnya sama, Mohinga memiliki variasi sesuai daerah asalnya. Misalnya:

  • ala Mandalay: Kuah lebih kental dengan tambahan bumbu yang lebih pedas.
  • ala Delta Irrawaddy: Menggunakan ikan segar hasil tangkapan sungai, sehingga cita rasanya lebih ringan.
  • ala Yangon: Versi paling populer dengan kuah gurih, banyak rempah, dan pelengkap renyah.

Setiap daerah menghadirkan sentuhan unik, namun semuanya tetap mempertahankan ciri khas kuah ikan beras yang gurih.

mohinga

Mohinga di Mata Dunia

Walaupun belum seterkenal pho Vietnam atau ramen Jepang, Mohinga mulai mendapat perhatian di dunia kuliner internasional. Restoran Myanmar di berbagai negara, termasuk di Eropa dan Amerika, kini menjadikan sebagai menu andalan. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Myanmar pun menjadikan sebagai salah satu kuliner wajib coba.

Dengan popularitas yang terus berkembang, bukan tidak mungkin akan menjadi ikon kuliner Asia Tenggara berikutnya yang mendunia.

Kesimpulan

Mohinga bukan hanya sekadar sup ikan biasa, melainkan sebuah warisan kuliner yang sarat makna. Dari bahan sederhana seperti ikan air tawar, tepung beras, dan rempah khas Myanmar, terciptalah hidangan beraroma harum yang menghangatkan.

Sebagai sarapan nasional Myanmar merepresentasikan kehangatan, kebersamaan, dan tradisi yang terus hidup hingga kini. Tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghadirkan cerita budaya yang mendalam.

Bagi para pecinta kuliner, mencicipi Mohinga adalah pengalaman otentik yang seolah mengajak kita menyelami kehidupan sehari-hari masyarakat Myanmar.

By kuliner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *