Tradisikuliner.com – Getuk Lindri adalah salah satu kuliner tradisional yang punya pesona unik dan penuh nostalgia. Meski dari luar tampak seperti olahan singkong biasa, getuk ini menyimpan karakter rasa yang tak biasa. Teksturnya lembut, legit, dan tetap punya sentuhan gurih yang membuatnya tidak hanya manis monoton. Di Magelang Jawa Tengah, Getuk Lindri sudah menjadi ikon kuliner dan sering dijadikan buah tangan oleh wisatawan yang singgah.
Nama Lindri sendiri merujuk pada bentuknya yang khas: memanjang dengan guratan serabut halus hasil dari proses penggilingan manual menggunakan alat khusus. Warna-warni cantik seperti hijau, pink, putih, kadang kuning, bukan sekadar pemanis tampilan, tetapi juga identitas visual bahwa getuk ini berbeda dengan getuk biasa. Dalam tiap potongannya, ada rasa klasik yang tak lekang oleh waktu.
Sejarah Getuk Lindri di Magelang
Magelang selama ini dikenal sebagai salah satu pusat getuk terbesar di Jawa Tengah. Kota ini bukan hanya populer karena Candi Borobudur, tetapi juga karena keahliannya dalam mengolah singkong menjadi berbagai kudapan tradisional. Getuk Lindri merupakan salah satu variannya yang paling terkenal. Mereka mengiris getuk dengan pisau tajam, lalu menyajikannya dengan taburan kelapa parut yang gurih dan sedikit gula pasir halus.
Lama-kelamaan, Getuk Lindri menjadi oleh-oleh wajib. Banyak UMKM kuliner di Magelang, Yogyakarta, dan sekitarnya menjadikannya produk utama. Bahkan hari ini, tidak sedikit toko oleh-oleh besar yang memiliki rak tersendiri khusus untuk menyajikan dengan berbagai varian warna dan kemasan modern.
Karakter Rasa dan Tekstur yang Susah Ditiru
Getuk Lindri punya sensasi rasa yang khas. Namun justru sentuhan gurih dari parutan kelapa membuat rasa getuk ini seimbang. Teksturnya benar-benar lembut dan elastis, tidak keras atau pecah. Bumbu dan gula masuk saat adonan masih hangat, sehingga menyatu dan menciptakan rasa legit alami.
Warna-warna yang ada pada Getuk Lindri dulu sepenuhnya berasal dari pewarna alami. Warna hijau dari daun suji atau pandan, merah muda dari pewarna alami buah-buahan tertentu, dan putih dari singkong asli. Sampai sekarang pun masih banyak pembuat getuk yang mempertahankan tradisi tersebut, karena rasa dan aromanya terasa lebih “nyawa”.
Mudah Ditemukan dan Tetap Relevan di Era Modern
Meski zaman sudah berubah, Getuk Lindri tetap bertahan. Banyak konten kreator kuliner kini mengangkat kembali camilan tradisional, me-review jajanan pasar, hingga membawa lagi memori lama ke generasi baru yang lebih akrab dengan food trends modern.
Dalam berbagai event pemerintahan, festival UMKM, acara budaya, hingga pameran kuliner Nusantara, Getuk Lindri selalu hadir sebagai perwakilan kehormatan kuliner Magelang. Ia adalah bukti bahwa camilan berbasis bahan lokal juga punya nilai jual tinggi.
Camilan Tradisional yang Layak Dilestarikan
Selain lezat juga kaya memori dan sejarah. Ia menjadi pengingat bahwa kuliner Indonesia pada dasarnya lahir dari kreativitas masyarakat desa yang pintar memanfaatkan bahan yang ada di bumi sendiri. Di tengah gempuran jajanan baru kekinian yang viral setiap minggu, Getuk Lindri tetap punya pasar sendiri.
Setiap gigitan seolah membawa rasa rindu ke suasana pasar tradisional, rasa hangat keluarga di dapur rumah, dan suara ibu atau nenek yang sibuk menyiapkan camilan sore. Ini bukan sekadar makanan. Ini adalah aromanya masa kecil dan identitas kuliner Jawa Tengah.
Selama masih ada kesadaran untuk menjaga kuliner lokal, Getuk Lindri akan tetap hidup. Dari Magelang untuk Nusantara, dari singkong untuk semua generasi. Kuliner sederhana yang tetap anggun di tengah zaman yang bergerak cepat.
