Tradisikuliner.com – Jika membahas oleh-oleh khas dari Jawa Barat, nama Dodol Garut pasti langsung muncul di benak banyak orang. Penganan manis dan kenyal ini bukan hanya terkenal di kalangan wisatawan lokal, tetapi juga mulai dikenal di pasar internasional sebagai simbol cita rasa tradisional Indonesia. Di balik kelezatannya, menyimpan nilai sejarah, budaya, dan proses pembuatan yang penuh ketelatenan.
Sejarah Singkat Dodol Garut
Dodol sebenarnya bukan hanya milik Garut—banyak daerah di Indonesia yang memiliki versi dodol masing-masing. Namun, Dodol Garut memiliki keunikan tersendiri yang menjadikannya ikonik. Mulai dikenal sejak awal abad ke-20, dodol ini menjadi bagian dari identitas kuliner masyarakat. Awalnya dibuat untuk kebutuhan hajatan atau upacara adat, dodol kemudian berkembang menjadi produk ekonomi lokal yang mendunia.
Seiring waktu, sentra produksi dodol berkembang pesat, khususnya di daerah seperti Samarang dan Cilawu. Dari industri rumahan, kini dikelola oleh UMKM dan pabrik besar dengan standar produksi yang tetap mempertahankan cita rasa asli.

Bahan dan Proses Pembuatan Tradisional
Rahasia kelezatan dodol terletak pada kesederhanaan bahan dan kesabaran dalam proses memasaknya. Bahan utamanya terdiri dari tepung ketan, santan kelapa, dan gula merah berkualitas. Semua bahan tersebut diolah dalam wajan besar (kuali) dengan api kecil selama 6 hingga 8 jam, sambil terus diaduk agar tidak gosong.
Proses ini tidak bisa tergantikan oleh mesin. Adukannya harus konstan dan merata untuk menghasilkan dodol yang kenyal, tidak terlalu keras, dan tahan lama tanpa bahan pengawet. Hasil akhirnya adalah dodol yang memiliki warna cokelat alami dengan aroma harum khas gula kelapa.
Varian Dodol Garut Modern
Meski terkenal dengan rasa original, inovasi rasa telah membawa dodol Garut menjangkau pasar yang lebih luas. Kini, tersedia berbagai varian seperti rasa durian, stroberi, cokelat, pandan, susu, bahkan matcha.
Inovasi ini tak hanya memperluas pasar, tetapi juga menjaga eksistensi dodol di tengah gempuran makanan modern dan instan. Bahkan beberapa produsen sudah menggunakan kemasan kekinian yang lebih menarik tanpa meninggalkan unsur tradisionalnya.

Dodol Sebagai Identitas Daerah
Tak berlebihan jika mengatakan bahwa dodol telah menjadi ikon kota Garut. Setiap wisatawan yang berkunjung ke kota ini hampir pasti membawa pulang dodol sebagai buah tangan. Beberapa toko oleh-oleh bahkan menjadikan dodol sebagai produk unggulan, lengkap dengan narasi tentang asal-usul dan proses pembuatannya. Lebih dari sekadar makanan, merepresentasikan nilai-nilai ketekunan, kesederhanaan, dan kekeluargaan masyarakat Sunda.
Peluang dan Tantangan di Era Digital
Dalam era digital saat ini, banyak produsen mulai memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produknya secara lebih luas. Hal ini membuka peluang besar untuk memperkenalkan dodol Garut ke mancanegara. Meski demikian, tantangan tetap ada—mulai dari menjaga kualitas, pengemasan yang tahan lama, hingga edukasi pasar terhadap keunikan dodol sebagai produk lokal premium.
Beberapa pelaku usaha bahkan mulai menekankan nilai eco-friendly dan zero waste packaging untuk menyesuaikan dengan tren global yang semakin peduli lingkungan.
Kesimpulan
Dodol Garut bukan hanya makanan manis biasa. Ia adalah warisan budaya kuliner Indonesia yang penuh nilai sejarah dan filosofi. Bagi siapa pun yang berkunjung ke Garut, belum lengkap rasanya jika belum mencicipi dan membawa pulang dodol sebagai oleh-oleh. Dan bagi yang belum pernah, satu gigitan saja bisa membuka pintu rasa ke dalam kekayaan kuliner tanah Priangan.