Tradisikuliner.com – Di tengah hiruk-pikuk pasar tradisional Timur Tengah, wangi rempah dan aroma gorengan gurih menguar dari kios-kios kecil yang selalu dipenuhi antrean. Itulah falafel, bola-bola goreng dari kacang-kacangan yang telah menjadi ikon kuliner jalanan paling legendaris di Timur Tengah—dan kini, mendunia.
Falafel bukan sekadar camilan. Ia adalah bagian dari identitas budaya berbagai bangsa di Timur Tengah, mulai dari Palestina, Lebanon, Suriah, Mesir, hingga israel.
Apa Itu Falafel?
Falafel adalah bola-bola kecil berbahan dasar kacang arab (chickpea) atau kacang fava (broad bean), atau campuran keduanya. Adonan dibumbui dengan bawang putih, ketumbar, jintan, parsley, dan rempah-rempah khas Timur Tengah, kemudian digoreng dalam minyak panas hingga berwarna cokelat keemasan.
Meskipun sederhana secara bahan, rasa sangat kompleks. Rasa kacang yang gurih, aroma rempah yang kuat, dan tekstur renyah-lembut yang kontras menciptakan ledakan rasa yang khas dan memuaskan.

Asal Usul yang Diperebutkan
Asal usul falafel masih menjadi perdebatan hingga kini. Sebagian sejarawan percaya bahwa falafel pertama kali dibuat di Mesir, sekitar seribu tahun yang lalu, menggunakan kacang fava dan dimasak oleh komunitas Kristen Koptik sebagai makanan pengganti daging saat puasa.
Lebih dari Sekadar Makanan Jalanan
Di banyak kota di Timur Tengah, falafel bukan hanya street food murah meriah, tetapi juga sarapan favorit. Di Amman, Kairo, Beirut, hingga Ramallah, orang-orang menyantap hangat di pagi hari dengan roti, tomat, mentimun, dan saus tahini.
Falafel dalam Versi Modern dan Global
Popularitas falafel tak berhenti di Timur Tengah. Dalam dua dekade terakhir, telah menjadi favorit global, terutama di kalangan vegan dan vegetarian. Di kota-kota besar seperti New York, Berlin, London, dan Jakarta, falafel hadir dalam berbagai versi modern: wrap falafel, burger falafel, bahkan sushi falafel. Tak sedikit food truck dan kafe hipster yang menjadikannya menu utama dengan sentuhan kreatif, seperti saus alpukat, hummus beetroot, atau roti pita gluten-free.

Filosofi dalam Setiap Gigitan
Bagi banyak orang Timur Tengah, falafel lebih dari sekadar makanan. Ia adalah simbol solidaritas, kehangatan keluarga, dan kehidupan sehari-hari yang terus berjalan meski penuh tantangan. Selain itu, juga mencerminkan prinsip ekonomi lokal: bahan sederhana, harga terjangkau, namun bisa mengenyangkan banyak orang. Makanan ini mengajarkan bahwa kesederhanaan bisa sangat memuaskan.
Kesimpulan: Bola Kecil, Warisan Besar
Falafel adalah bukti bahwa makanan sederhana bisa memiliki dampak luar biasa. Dari pasar-pasar berdebu di Timur Tengah hingga trotoar kota metropolitan dunia, membawa rasa rumah, sejarah, dan cinta dalam setiap gigitannya. Jika Anda belum pernah mencoba, Anda belum benar-benar mengenal cita rasa Timur Tengah.