Tradisikuliner.com Ketika daun-daun mulai berubah warna dan udara mulai menggigit di Norwegia, satu aroma mulai menguar dari dapur-dapur rumah: Fårikål. Hidangan ini bukan sekadar makanan khas Norwegia, melainkan simbol kedatangan musim gugur dan perayaan kebersamaan keluarga di negara Skandinavia tersebut.

Apa Itu Fårikål?

Secara harfiah, “Fårikål” berarti “domba dalam kol” dalam bahasa Norwegia. Hidangan ini adalah semur daging domba yang dimasak bersama kol dan merica hitam utuh, lalu direbus perlahan selama beberapa jam hingga daging empuk dan kuahnya meresap.

Sejarah Fårikål: Dari Peternakan ke Meja Makan Nasional

Fårikål mulai dikenal luas di Norwegia pada awal abad ke-20, meskipun akar tradisinya diyakini berasal dari praktik peternakan domba sejak ratusan tahun sebelumnya. Musim gugur adalah masa ketika peternak memotong domba untuk disimpan selama musim dingin, dan kol—yang berlimpah saat panen musim gugur—menjadi sayuran pelengkap yang logis dan bergizi.

Fårikål

Pada tahun 1972, Fårikål secara resmi dinobatkan sebagai makanan nasional Norwegia setelah disurvei oleh pemerintah. Bahkan sejak 1997, Norwegia merayakan “Hari Fårikål Nasional” setiap Kamis terakhir bulan September—tradisi yang terus berlangsung hingga kini.

Bahan dan Cara Membuat: Mudah Tapi Harus Sabar

Keunggulan Fårikål justru terletak pada proses memasaknya yang sangat simpel tapi memerlukan kesabaran. Berikut komponen utamanya:

  • Daging domba (biasanya bagian bertulang seperti bahu atau leher)
  • Merica hitam utuh, bukan bubuk
  • Tepung terigu (sedikit saja, untuk mengentalkan kuah)
  • Air dan garam

Masak dengan api kecil selama 2–3 jam hingga daging benar-benar empuk dan kolnya hampir meleleh.

Mengapa Fårikål Disukai?

Hidangan ini seringkali mengingatkan orang Norwegia pada masa kecil, saat makan malam bersama keluarga, atau suasana kabin musim gugur di pegunungan. Meski rasanya tak mencolok seperti masakan Asia atau Mediterania, justru kelembutan rasa inilah yang membuat Fårikål begitu istimewa—ia tidak menyerang lidah, tetapi memeluknya perlahan.

Fårikål

Fårikål di Era Modern

Saat ini, Fårikål tidak hanya eksis di rumah-rumah warga, tapi juga tampil di restoran tradisional dan hotel-hotel pegunungan saat musim gugur tiba. Beberapa chef kontemporer bahkan mulai mengeksplorasi versi baru misalnya dengan menggunakan bir hitam sebagai bahan kuah, atau menambahkan rempah-rempah ringan untuk memberi sentuhan modern.

Namun satu hal yang tak berubah: Fårikål tetap menjadi penghubung antara musim, alam, dan tradisi kuliner Norwegia.

Penutup: Semangkuk Hangat Musim Gugur

Jika ada satu hidangan yang bisa merangkum jiwa Norwegia—tenang, bersahaja, dekat dengan alam—Fårikål adalah jawabannya. Semangkuk Fårikål bukan hanya semur, tapi juga kenangan, kebersamaan, dan rasa syukur atas panen musim gugur.

Saat suhu turun dan langit mulai kelabu, tak ada yang lebih menghangatkan selain aroma Fårikål yang perlahan mengepul dari dapur. Makanan ini membuktikan bahwa kelezatan sejati kadang datang dari hal-hal yang paling sederhana.

By kuliner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *